Mana suaranya yang takut terkena sinar matahari? Selang 6 bulan setelah pergantian musim panas ke musim dingin, saya sudah tidak sabar berjemur di bawah terik matahari lagi, main ke pantai, dan tentunya, keluar rumah tanpa baju berlapis-lapis. Tahun ini adalah tahun keempat saya merasakan musim dingin. Musim dimana saya akan banyak menghabiskan waktu produktivitas saya di atas kasur, atau paling tidak mencoba produktif di meja kerja dengan mengenakan pakaian berlapis dari atas sampai bawah. Kalau sudah begini, kadang saya merasa tidak terlalu berbeda jauh dengan bawang bombay :)
Setelah merasakan hidup di negara empat musim, sinar matahari di musim panas menjadi hal yang paling berharga dan saya nantikan. Dulu, di tahun pertama saya pindah ke Roma, saat beradaptasi dengan musim dingin, rasanya mudah sekali lapar. Makan bukan lagi menjadi kebutuhan hidup, tapi juga hobi. Beberapa hal dan kebiasaan juga mulai berubah, seiring bergantinya musim. Lho, kenapa bisa? Ini juga yang perlahan saya pelajari dan terapkan, mencontoh dari para senior dan juga kebiasaan warga lokal.
Salah satu outfit tersimpel saat musim dingin. | Fotografi Dok. Listyan Putri |
Beberapa kebiasaan baru atau mungkin 'ritual' yang umumnya dilakukan warga empat musim tentunya berbeda dengan kita yang berasal dari negara tropis. Apa saja kebiasaan yang biasa dilakukan di musim dingin? Berikut rangkuman tips singkat beradaptasi saat musim dingin:
1. Ganti Skincare
Kulit tropis tinggal di negara empat musim. Hmm, siap-siap 'menderita' di awal minggu. Apalagi kalau kulit kita cenderung kering. Sebelum saya pindah ke Roma, saya sempat menstok produk skincare dari Indonesia. Iya, produk perawatan kulit dari salah satu salon kecantikan yang iklannya ada di setiap penjuru mal pada masanya. Saat itu yang ada di pikiran saya adalah bagaimana caranya bertahan dengan berhemat. Jadilah saya membawa beberapa produk perawatan kulit dari Jakarta. Tahu apa yang terjadi? Krim wajah dan beberapa produk lainnya rupanya kurang mempan dipakai di Roma! Ya, saya baru menyadari kalau produk-produk tersebut khususnya krim wajah dari negara tropis ternyata cuma bisa dipakai di negara tropis saja. Mungkin karena kadar kelembapan masing-masing negara juga sangat berbeda.
Dari 2018 dan masih bertahan sampai sekarang. | Fotografi Dok. Listyan Putri |
Setali tiga uang dengan pengalaman saya di atas, beberapa teman khususnya yang baru saja datang dari Indonesia, juga bernasib sama. Kulit kami mendadak kering dan pecah-pecah. Bahkan di awal bulan Desember saat suhu mulai drop, kutikula kuku saya mulai mengelupas dan menyebabkan dua jari saya berdarah seketika. Padahal saat itu saya sedang bawa tamu jalan-jalan keliling kota.
Skincare di negara empat musim memang sudah diformulasikan untuk cuaca dan suhu setempat, tentunya dengan kandungan moisturizer yang lebih kaya. Jadi menurut teori saya yang tidak terlalu paham dengan dunia skincare, produk-produk kecantikan di negara empat musim 'aman' dipakai di negara-negara tropis, tapi tidak berlaku sebaliknya.
2. Ganti Isi Lemari
Percaya tidak kalau setiap pergantian musim kita juga harus ganti isi lemari? Ini juga menjadi hal yang baru untuk saya. Jadi orang di sini rata-rata bentuk lemarinya sangat minimalis. Saya heran, kok bisa mereka hidup di negara empat musim dengan jumlah pakaian yang tidak terlalu banyak. Ternyata, setiap musim ada 'tradisi' khusus yaitu ganti isi lemari. Tradisi ini tentu berlaku untuk mereka yang memiliki lemari kecil. Contohnya saat musim dingin tiba, baju-baju musim panas sudah masuk dan tersimpan rapi di koper. Nanti kalau musim panas tiba, koleksi coat, jaket, sweater dan baju-baju rajut yang sebelumnya tersimpan di lemari mulai berpindah ke koper.
Coat dan jaket musim dingin tergantung rapi pada tempatnya. | Fotografi Dok. Listyan Putri |
Baju-baju tipis dan cardigan musim gugur mulai masuk koper. | Fotografi Dok. Listyan Putri |
Oh ya, untuk coat umumnya warga di sini memiliki 2 tipe berbeda yang disesuaikan dengan suhu musim pada bulan itu. Coat yang bisa dipakai di musim dingin (dari bulan November-Februari) umumnya berbahan lebih tebal, berat dan beberapa tipe diantaranya juga dilengkapi fur di bagian dalamnya. Tapi, untuk coat musim semi yang materialnya lebih tipis dari coat musim dingin bisa juga dipakai di musim gugur.
3. Stok Makanan Siap Saji
Tell me you are Asian without telling me you are Asian: Mie instan adalah salah satu jawabannya. Bagi pelajar dan juga sebagian warga Indonesia yang tinggal di Eropa, kalau suhu di luar rumah sudah mulai drop, memang tidak ada yang lebih nikmat dari semangkok mie kuah panas yang disajikan dengan telur dan bubuk cabe. Duh. Kalau orang Indonesia biasa menstok mie instan untuk jaga-jaga, kalau orang di sini biasanya nyetok sup instan yang cukup dimasukkan microwave 1-2 menit sebelum disantap. Serunya lagi, karena saya tinggal di negara yang terkenal dengan pasta, ada banyak varian pasta dan masakan tradisional yang bisa dicoba dan praktis untuk dimasak.
Sup labu dan wortel instan. Favorit saya. Praktis dan enak! | Fotografi Dok. Carrefour.it |
Sup dengan sayuran hijau segar. | Fotografi Dok. Ipermercato L'Aquilone |
4. Lip Balm & Hand Cream
Jangan heran kalau sering lihat pria-pria di sini pakai lipbalm di musim dingin. Karena itu adalah hal yang lumrah sekali. Meskipun suhu di Italia, khususnya di Roma tidak seekstrem negara-negara Eropa Utara, tapi angin di Eternal City benar-benar menguji ketahanan kulit. Jadi jangan heran kalau di apotek atau supermarket kita akan melihat kaum adam memasukan lip-balm ke dalam keranjang belanjaan. Selain lip balm, hand cream juga menjadi produk yang tidak boleh ketinggalan. Menurut saya, dua produk ini wajib dibawa khususnya bagi yang baru mulai beradaptasi dengan musim dingin.
Hand cream yang selalu tersimpan di tas berbeda. | Fotografi Dok. Listyan Putri |
5. Beli Heattech
Pakai baju berlapis-lapis memang menjadi kewajiban kalau mau keluar rumah. Kata salah satu teman saya yang penting pake baju yang ketat dan pas badan, jangan yang longgar. Saran tersebut pun saya ikuti. Dulu saya umumnya pakai inner, long sleeves, kaos/dress, cardigan ditambah coat. Itu baru bagian atas, yang mana semua itu dipakai dalam waktu yang bersamaan. Belum termasuk scarf atau winter hat kalau lagi enggak males.
Heattech adalah kunci | Fotografi Dok. NBC News |
Setelah saya menemukan kaos panjang berbahan heattech, wah rasanya beda sekali saat dipakai. Sejak saat itu saya mulai mengeliminir beberapa lapis pakaian yang biasa saya pakai. Tentu langkah ini jauh lebih efisien dan ringan di tubuh. Material heattech ini memang sangat direkomendasikan, apalagi kalau suhu di luar sudah mencapai 10°C. Jadi sekarang kalau sudah masuk musim dingin saya cukup pakai heattech, sweater rajut dan coat saja. Praktis kan?
Itu tadi tips singkat dari pengalaman saya saat beradaptasi dengan musim dingin di tahun pertama. Apakah tips di atas masih saya lakukan sampai sekarang? Tentu saja iya. Cuma dari tahun ke tahun saya merasa lebih bisa tahan dingin dan juga tahan cuaca panas ekstrem di Eropa. Silahkan dibagi ke teman, saudara hingga kerabat yang akan berlibur atau mungkin sekolah di negara empat musim. Semoga tips di atas bisa banyak membantu. Ciao ciao!
--
xoxo,
Listyan Putri