Langgeng Art Bistro
Jl. Suryodiningratan
Yogyakarta 55141
Cafehunter : Listyan Putri & Vincentius Budi

Ini bukan yang pertama kalinya saya datang ke Langgeng Art Bistro. Dari mulai Langgeng Art Bistro masih under construction aja saya demen banget bolak balik lewat depannya. Kalopun saya mau pergi ke suatu tempat yang sebenarnya gak perlu melewati Jl. Suryodiningratan, saya ikhlas muter lho, demi update-an terbaru bistro itu uda ampe mana tahap pembangunannya dan BUKA KAPAN :)
Seperti kebanyakan orang bilang, bistro ini memiliki fasade yang eye catching dan bisa bikin siapaun yang melewatinya langsung menengok ke arah sana. Wujud bangunan yang bergaya kontemporer dengan ukuran yang tidak biasa dibanding bangunan sekitar, Langgeng Art Bistro hadir dengan 2 lantai dan konsep yang berbeda. Mengapa berbeda? Karena saya jarang sekali menemukan bistro di Yogyakarta yang juga ikut memfasilitasi pagelaran musik, budaya hingga exhibition.
Tidak jauh berbeda dengan apa yang ada di pikiran saya mengenai interiornya, simple dan modern. Tidak banyak permainan dekorasi yang berlebihan, namun bukan berarti tidak sedap dipandang mata. Pertama kali saya kesana area tersebut diisi beberapa sofa rotan sintetis dengan cushion warna hijau. Namun saya pernah melihat review Langgeng Art Bistro pada salah satu majalah desain ternama Indonesia dengan dekorasi yang sangat berbeda, rustic style. Karena alasan dan rasa penasaran saya, maka saya tidak ragu-ragu untuk datang kedua kalinya di bistro itu.
Meskipun setelah kunjungan kedua saya di Langgeng Art Bistro rustic style yang saya harapkan tidak ada, namun hal itu tidak membuat saya kecewa. Bar area yang semula dekat dengan kitchen area kini dipindah pada main area searah dengan entrance. Hadirnya becak (dulu ada motor antik juga disana) pada salah satu ruangan mengingatkan saya bahwa 'Ya, saya sedang di Jogja'. Padahal dulu waktu pertama kali saya masuk LAF saya merasa kalau saya sedang berada si salah satu bistro daerah Kuta, Bali.
Oya, kali ini saya juga menyempatkan mengunjungi salah satu pameran yang ada di lantai 2. Berada dalam naungan Langgeng Art Foundation (LAF), Langgeng Art Bistro termasuk bistro yang concern dalam menggelar exhibition hingga concert music, maka jangan heran kalau Langgeng Art Bistro selalu menjadi pilihan para seniman dan pecinta seni di Indonesia bahkan mancanegara untuk sekadar ngobrol atau mengadakan pameran. Bagi yang belum pernah kesana, silahkan coba atmosfer LAF dan jangan lupa join untuk mendapatkan invitation dari event-event yang akan berlangsung disana.

Happy eat, happy drink, cause I'm a cafehunter !

Kedia Tiga Nyonya
Jl. KH. Wahid Hasyim No.73
Jakarta Pusat
Cafehunter : Listyan Putri & Maria Puspitasari

Jakarta emang gak pernah bersahabat buat urusan cuaca. Kali ini saya cukup bermasalah dengan 'silau matahari sore' yang sampai ke bumi. Akhirnya ketika teman saya mengajak duduk-duduk santai di sebuah kafe sambil minum kopi-pun saya iyakan. Pikir saya, tak apalah minum kopi, yang penting seger matanya :)
Akhirnya kami berdua pun menyusuri Sabang yang memang letaknya jauh dari Merauke. Ada satu kafe yang sudah kami incar di sana, dan sesampainya disana sayangnya tutup. Kami baru sadar kalau hari itu masih pasca libur lebaran. Intinya jangan berharap banyak nemu kafe yang buka pada hari itu. Dan kami pun melanjutkan perjalanan ke daerah Jaksa yang pada akhirnya berakhir di Menteng.

Saya tipikal orang 'Judge the book from the cover'. Jadi kalau mau mampir 'sekedar' nongkrong-nongkrong di kafe, syarat utama kafe itu harus 'eye catching di mata saya'. Setelah lulus sensor dan saya masuk ke sana pasti saya akan mengomentari interiornya. How about the food? Jujur, indra pengecap yang dianugrahkan Tuhan ke saya bukan 'lidah taster'. Dalam kamus taster saya makanan itu terbagi menjadi 2, enak dan enak banget, sedangkan minuman pahit dan manis. Its simple kan?
Dari fasade Kedai Tiga Nyonya memang terlihat mencolok diantara bangunan modern di sekitar. Desain peranakan dan tradisional Tionghoa--Melayu tahun 50'an terlihat begitu kita menengok ke arah sana. Dan interiornya? Hmm...Rasanya saya kaya lagi makan di sebuah rumah makan jaman kakek saya.
Saya suka sekali dengan beberapa ornamen di sana. Sebut saja cage lamp dan hiasan pohon sakura dengan amplop angpao yang bergantungan di atas sana. Penting gak penting sih kalo orang melihatnya secara sekilas. Namun bagi saya mereka cukup detail menghadirkan nuansa tempoe doeloe di sana.