Car Free Day, My Free Day
October 17, 2012
Don’t
cry because it’s over, smile because it happened - Dr.
Seuss, (Theodor Geisel), Writer-
Sudah setahun lebih saya bertualang di
ibukota. Mengapa bertualang? Karena bagi saya definisi dari kata ‘petualang’
terlihat lebih mengasyikkan dibanding ‘bekerja’, ‘merantau’ atau ‘berjuang’.
Menikmati semua peristiwa, gelak tawa, air mata, sesuatu yang tidak terduga,
pengorbanan dan pencapaian rasanya menjadi bumbu dari sebuah petualangan.
Walaupun sesungguhnya menikmati perjalanan itu macam-macam rasanya. Kadang pas,
tapi kadang juga asin, dan tidak sedikit terasa hambar.
Kalau diartiin secara harafiah, Car Free Day
itu adalah hari terbebas dari mobil. Atau hari dijauhkannya dari kendaraan
bermotor, kepulan asap, bus dan segala kendaraan berumur tua, macet, hari buat
bersepeda santai, jogging, salto di tengah jalan, minta sumbangan, jualan es
atau mungkin ajang pencarian tulang rusuk. Pokoknya bebas. Dan baru minggu
kemarin saya mulai merasakan jatuh cinta. Sama Jakarta lebih tepatnya.
Hahaha....
Orang tua bahkan teman-teman saya selalu
mengeluhkan betapa macetnya Jakarta. Tapi kalau gak macet bukan Jakarta donk
namanya. Saya sih dari dulu enjoy-enjoy aja Jakarta mau macet, banjir, demo,
justru kadang beberapa peristiwa yang terjadi di kota ini justru kelak yang
akan saya bagi ke anak cucu. Mungkin disini letak sense of art nya hidup jadi
seorang petualang.
Hebatnya dari 52 minggu lebih yang saya
lewatkan di Jakarta, baru minggu kemaren saya merasa bahagia, segar, terharu
dan bebas. Saya memang sedang tidak mengikuti kompetisi apapun atau bahkan
bertaruh dengan seseorang. Ditemani teman semasa kuliah dulu, Marlens, saya
memberanikan diri melangkah untuk keluar dari comfort zone. Di tengah semua
kejadian yang saya alami akhir-akhir ini, kemunafikan dunia, orang-orang
sekitar, hiruk pikuk pekerjaan, hingga pergolakan batin, Minggu lalu begitu
bermakna bagi saya.
Marlens memang sudah lama mengikuti acara CFD,
jadi mungkin suasana CFD sudah tidak asing bagi dia. Beda dengan saya yang memiliki
rutinitas dan jam biologis di luar batas kewajaran. Tawa, canda, semangat semua
keluar secara lepas dari wajah mereka yang datang di pagi itu. Termasuk saya.
Saya tidak mempermasalahkan Marlens yang kala itu datang dengan sepeda
kuningnya dan saya yang hanya mengandalkan sepatu olahraga. Kami menempuh rute
HI—Ratu Plaza. Marlens menaiki sepedanya, dan saya jogging sembari berbagi
cerita seputar pekerjaan kami. Obrolan yang tidak pernah saya bayangkan saat
berada di bangku kuliah.
Mungkin karena saya terlalu sumringah pagi itu
Marlens sampai mengira saya aneh dan berlebihan. Dan dia juga masih
menyangsikan apakah saya mampu menempuh rute sepanjang itu tanpa sepeda. Hingga
putaran selesai pun Marlens masih mengaku tidak percaya
kalau saya bisa kuat menempuh perjalanan 10 km tadi. Teman saya memang tidak
tahu apa yang saya rasakan, namun senyum dari hati saya lebih lebar daripada
senyum pada mulut saya kala itu.
Terima kasih Tuhan buat Minggu kemarin. Untuk
semua jalan, tawa, kesehatan, kebahagiaan dan semangat yang tidak ternilai.
Mungkin beberapa hari lagi saya sudah mulai bisa menyapa teman-teman saya di
twitter, bbm dan beberapa pekerjaan yang masih ada di otak saya. Thats my free
day, because I’m free !
Breathe.
Let go. And remind yourself that this very moment is the only one you know you
have for sure – Oprah Winfrey.
0 comments